Saturday, September 1, 2007

FOTOGRAFI DIGITAL




TEKNIK FOTOGRAFI
"PRE-WEDDING"

Photographer by: Putu Subada Kusuma, SH.,KN
Camera : CANON DSLR 20D
Picture by : Model
Pembimbing : Bapak Darwis Triadi, Fotografer Nasional.
Lokasi pengambilan foto di SECTOR Golf Club Hotel GrandBaliBeach-Sanur-Bali.

Mengawali bulan September, kami mendapat kesempatan dari YME untuk menghadiri workshop sehari fotografi dengan mengambil thema "Pre-Wedding", acara berlangsung di SECTOR Golf Club, Hotel GrandBaliBeach-Sanur,Bali,. tepatnya pukul 09.00 Wita, tanggal 1 September 2007 kemarin, betapa antusiasme peserta workshop pada pagi yang cerah tersebut, sampai-sampai Panitia (Sinar Foto-Denpasar) tidak memprediksi sebelumnya,kami menilai hal ini sudah pasti terjadi sehingga kami mendaftarkan diri jauh hari sebelumnya.

Adalah DARWIS TRIADI, Sang Fotographer yang sudah ditunggu-tunggu kehadirannya sejak pagi hari, fotographer yang mantan Pilot tersebut sengaja diundang oleh Panitia Penyelenggara sebagai pembicara tunggal dalam workshop sehari tersebut, beliau diharapkan bersedia berbagi pengalaman dengan peserta yang tepat pukul 09.00 Wita sudah memenuhi ruangan, acara berakhir pukul 17.00 Wita.

Dunia fotographi sebagai salah satu ruang yang selama ini saya tekuni secara otodidak, melalui edukasi diri dari berbagai media baik media cetak maupun elektronik, dan kebetulan dalam kesempatan yang baik ini akhirnya saya dapat bertemu dengan Bapak DARWIS TRIADI yang memiliki keahlian dan pengalaman dalam Dunia Fotographi, kesempatan yang baik ini menjadikan diri saya semakin mantap didalam melangkah untuk menekuni Dunia Fotografi

Dari mengikuti workshop sehari, saya menjadi tahu kunci foto menarik dari sebuah foto Pre-wedding, yakni konsep harus jelas. Thema Pre-wedding dipilih, karena merupakan sebuah karya yang dapat dikatakan berawal dari iseng, namun tidak tertutup kemungkinan kelak dikemudian hari bila sudah mahir akan dapat menghasilkan uang. Kali ini saya tampilkan foto pre-wedding gaya Nasional, tapi gambar oleh model, namun photographed oleh saya, Putu Subada Kusuma, berikutnya akan saya posting pre-wedding dalam pakaian tradisional Bali. Sebenarnya urusan pakaian klien tidak mengikat sepanjang tidak lepas dari konsep penyatuan pasangan, karena semua tergantung order klien.

Kenapa kita harus fotografi ? mungkin itu yang menjadi pertanyaan pertama yang muncul dibenak kita, dan harus sepakat bahwa fotografi bisa dipakai sebagai spirit dalam hidup, itulah jawaban yang cukup sederhana bukan ?.

Menekuni dunia fotografi untuk urusan usia tidak masalah, waktupun tidak ada istilah terlambat, sepanjang kita tekun dan berusaha secara berkesinambungan, kita pasti bisa! Karena dunia fotografi adalah bagian dari seni/art atau ketrampilan yang kalau tidak diasah akan hilang begitu saja.
Kita juga harus sepakat bahwa, dunia fotografi tidak selamanya mewah, karena dengan bermodalkan sebuah kamera poket sekalipun kita sudah bisa menghasilkan foto yang luar biasa, sepanjang kita menguasai teknik fotografi, seperti misal jaga konsep, pencahayaan yang baik, minimalisir penggunaan blitz agar gambar yang dihasilkan tampak lebih natural, tingkatkan ISO juga diperhatikan, nah itulah modal awal tinggal kemudian tentukan angle dan komposisinya, untuk dua hal yang terakhir kita bisa belajar dari melihat foto-foto hasil karya fotographer yang sudah pintar, buku ataupun majalah.
Nah tidak harus mewah bukan? memang ada sebagian orang yang menggeluti dunia fotografi dengan melengkapi sarana yang bernilai mahal dan cenderung mewah, itu kembali kepada pribadi dan ketersediaan dana, dan sekali lagi sebagaimana yang diutarakan didepan dengan poket kamerapun sudah bisa menghasilkan foto bagus kan?
Hanya saja untuk menjadi profesional, terkadang diperlukan kelengkapan alat-alat foto yang berkelas, dan berkualitas bukannya bagaimana? semua itu tergantung kebutuhan, mungkin juga sebagian fotographer melakukannya memang disamping kebutuhan, juga agar klien melihat fotografer yang bersangkutan tampak profesional, karena didukung perlengkapan dengan teknologi tinggi yang disamping memang dibutuhkan untuk menghasilkan foto berkualitas tinggi.
Dengan gambaran saya diatas, silahkan kita memilih untuk memulainya mau memulainya dari mana, tapi agar tidak hanya Baru Bisa Mimpi, ada baiknya ketrampilan ini dimanfaatkan untuk diri sendiri atau membantu sodare dan tetangga yg mungkin bakal menikah untuk trial and error, karena ketrampilan itu harus dilatih terus.... he..he..he...

Bapak Darwis Triadi, yang mantan Pilot justru lebih dikenal dalam teknik fotografinya, beliau kuat dalam konsep dan teknik fotografi. Acara pelatihan berlangsung seharian di BaliBeach Hotel, biaya hanya Rp. 150.000 sudah dapat makan, snack dan untuk bahan praktek disediakan pula 3 pasang model pengantin, yang tidak kalah menariknya adalah sertifikat dari Bapak Darwis Triadi sendiri...he...he...he..Sekalipun tidak boleh dijaminkan di Bank tapi ini sebagai modal awal/ pijakan untuk menjadi percaya diri dalam menekuni dunia fotografi khususnya pre-wedding ini...he...he....
Nah asik bukan, lagi-lagi bukan hanya umur dan waktu yang tidak masalah melainkan juga uang, kenapa ? dengan investasi Rp.150.000.- kita sudah bisa tampil beda, bukan dengan gaya, itu sama sekali tidak, tampil beda disini adalah dalam arti memiliki kemampuan lebih dibidang fotografi, dan yang lebih penting lagi adalah kita memiliki cadangan investasi masa depan (side job) yakni ahli foto, dan foto tidak sembarang foto tapi ini pre-wedding fotografi ! Hal ini sejalan dengan perkembangan zaman dimana saat ini sering kita menerima undangan suatu pernikahan yang dilengkapi dengan beberapa sesi foto pre-wedding yang bersangkutan, terlebih lagi kecendrungan orang menikah untuk kerap "all out" dalam arti pesta dibuat maksimal karena sekali dalam hidup, nah bukankah ini ujung-ujungnya adalah UANG !

Setelah berusaha secara otodidak untuk menggeluti seni fotografi,dari waktu ke waktu, dengan rajin mengedukasi diri melalui kegiatan membaca buku, majalah atau koran, melihat perkembangan dunia fotografi saat ini sangat maju, dan ditambah dengan pencerahan dari Bapak Darwis Triadi tersebut, saya memandang perlu untuk mengenal lebih jauh dunia fotografi ini, khususnya tentang teknik fotografi bukan teknik kamera, saya jadi mengerti bahwa pada dasarnya dalam seni fotografi, hati nurani photografer yang bicara, bukan kamera, kamera hanya mengikuti perintah dari fotographer. Karena hasil foto yang baik bukan karena kamera semata, tapi naluri si fotographer yang memungkinkan dapat menghasilkan foto yang bernilai seni dan bernilai simpan tinggi, kunci seorang fotographer adalah "perasaan harus lebur" bukan urusan teknis semata.
Banyak orang keliru, dengan berkutat mempelajari teknik kamera bukan teknik fotografi, yang sebenarnya itu pekerjaan tukang kamera bukan fotographer, dalam arti untuk menghasilkan foto yang baik sudah cukup dengan modus "AV", dan memperhatikan arah datangnya cahaya, dan untuk mengambilan foto yang baik adalah pagi atau sore hari, feeling/naluri harus kuat, tinggal urusan komposisi dan angel lihat contoh hasil foto-foto dari profesional dari majalah, buku dll, sederhana bukan ?
Foto yang menarik adalah harus ada art directornya, bisa dari orang lain sebagai pengarah gaya disamping fotographer, tapi sekali lagi bahwa seorang fotographer perasaannya harus lebur, sehingga akan beda hasilnya jika si fotographer tidak hanya tukang jepret saja! Dengan demikian si fotographer bisa merasakan ide dan ekpresi yang dihasilkannya. Jadi seorang fotographer jangan sekali kali menyerah kepada art director, karena kita bukan untuk potret dokumentasi lho ! Sehingga seorang fotographer harus memiliki seni yang tinggi seperti art fotografis karena seni yang dihasilkan harus pas, seperti misal, kalau memotret pre-weeding, konsepnya adalah persahabatan sebelum meningkat ke perkawinan, nah karenanya jauhkan unsur fashion, berpose boleh tapi harus tetap tampak wajar, suasana bermain dan manja itu kunci sukses foto pre-weeding.
Untuk selainnya sekali lagi, seperti komposisi dan angel itu bisa dipelajari lewat media cetak atau elektronik atau dengan melihat foto-foto ahli. Oh ya, satu lagi manfaat dengan leburnya perasaan potographer nya adalah dalam kaitan dengan model, ciptakan suasana keakraban dengan si model agar si model menjadi lebih rilex, sehingga akan mendapatkan sesi foto yang wajar seperti konsep yang diharapkan dalam pre-wedding fotografi.
Sebagai bahan renungan saya untuk menunjang didalam mengikuti workshop fotografi pre-wedding ini adalah berbagai buku, majalah dan hasil searching dari berbagai situs di internet seperti diantaranya:
1. Dasar Fotografi Digital, Oleh Makarios Soekojo.
2. Majalah Indonesian Photographer edisi,1, 2 dan 3
3. Tip Membuat Foto Indah dan Menarik, Oleh Vincent Bayu Tapa Brata
4. Majalah NIKONIA edisi #7, Rahasia Posing Model serta beberapa edisi berikutnya.
5. Photo technique, Edisi Khusus dari Majalah SNAP, Vital Skill Guide.
6. Majalah PC+ Edisi 15, Fotografi Digital.
7. Majalah Fotoplus, Edisi #4 Halaman 27 Wedding, Memotret Mempelai dan Mobil Penganten.
8. Majalah Fotoplus, Edisi #1 Halaman 8 Komposisi: Bunga ke Pre-wedding
dan hal. 36 Wedding, Memotret Momen di Ruang Rias.
9.Beberapa bahan bacaan dari http://www.kamera-digital.com/
dan http://www.fotographer.net/
10. Majalah Komputer Aktif arsip edisi #73 tanggal 11 Pebruari 2004.

Aplikasi fotografi pre-wedding sebagai contoh di atas adalah diperagakan oleh model yang disediakan oleh PANITIA, sebagai aplikasi dari bimbingan yang diberikan oleh fotographer Bapak Darwis Triadi.

Akhir kata.....semoga apa yang saya dapatkan ini dapat bermanfaat, dan maaf saya masih perlu belajar banyak, dan apa yang saya suguhkan di atas adalah pengalaman pribadi saya semata selama menekuni dunia fotographi, dan juga selama mengikuti workshop dari Bapak Darwis Triadi.