Friday, July 6, 2007

DUNIA NANO NURUL TAUFIQU ROCHMAN...

DUNIA NANO NURUL TAUFIQU ROCHMAN....

Eh ngomong-ngomong mungkin tidak banyak yang tau bahwa orang IT kita ternyata banyak nyangkut di LN ya ? Dengan berbagai alasan, beberapa diantara yg saya tau adalah masalah penghargaan atas suatu profesi yg sebenarnya mrpk tulang punggung perusahaan/Negara yangbersangkutan.
Seharusnya mereka sudah mulai dipikirkan oleh pemerintah dengan fasilitas yg plus-plus tentunya, agar mereka bisa maksimal.

Seperti yg saya di Harian Kompas, edisi 6 Juli 2007 kemarin, seorang doktor teknologi nano itu dari Indonesia lho ternyata....temuannya, karena katanya dia tidak bisa nebus biaya pendaftaran patennya akhirnya dipatenkan pemerintah Jepang! Walau penemunya masih ditulis nama ybs, tapi untuk apa ya, apalagi katanya dia tidak dapat royalti, pdhl temuannya (salah satunya dia menemukan teknologi nano tentang cara membersihkan logam berat timbal/pb dari kuningan dgn nano teknologi ) sekarang sedang dikembangkan oleh pemerintah jepun dan industri yg mensponsori, nah loh...! Untuk diketaui saja dia sdh mendapatkan 8 hak paten lho di jepun untuk tekno nano nano itu! dgn 40 publikasi ilmiah di jurnal internasional dan 43 nasional, sekalipun demikian dia tetaplah mengaku sebagai orang Indonesia dan juga orang Jawa dia ingin pulng ke Indonesia untuk mengabdi di Indonesia, makanya dia bergabung dengan salah satu lembaga Peneliti terkemuka Indonesia, nah siapa dia hayo kita ikuti ulasan berikutnya.

Adalah ''nano'' Dr. Nurul Taufiqu Rohman, Mahasiswa yg mendapat beasiswa di Jepang (FT Kagoshima dgn predikat terbaik!) yg sejak S1 itu, dia tidak hanya doktor, tapi sudah post-doktor.....gile ya ? Suami dari Dr,Etik Mardiyati MEng, yang juga ayah 5 anak yang masih kecil-kecil karena yang sulung laki-laki umur 10 tahun dan bungsu cewek umur 20 bulan.

Tapi saya salut juga dengan yangbersangkutan, walau dia dapat tawaran sana sini di Jepang yg ngaku bergaji 30 jeti itu, dengan kemampuan diatas rata-rata itu tidak membuat dia sombong dan tinggi hati, justru dia bersikeras untuk kembali ke Indonesia, bagaimanapun juga kata dia bahwa dia masih orang Indonesia, orang Jawa, walau katanya dia akan masuk ke lingkungan salah satu departemen yg konsentrasi pada penelitian di Indonesia (LIPI) sambil mempelajari dulu kondisi LIPI dan melihat gaji yang sedemikian kecil, tak sampai Rp.1 jt per- bulan, tampaknya bagi dia tidak masalah, sementara dia rencana akan meneruskan dulu selama 3 th dulu di Jepuang untuk menambah tabungannya buat menghidupkan 1 istri yg juga doktor dgn 5 orang anak, dasar yangbersangkutan masih sederhana dan low profile, padahal mimpi cari uang tambahan yg diimpikan buat tambahan untuk hidup keluarga dimaksud hanya berdasarkan perkiraan dia Rp.1 jt/bln X 12 coba deh...kasihan ahli IT kita, makanya sesuai estimasi setelah modal terkumpul bahwa dirinya diperkirakan baru akan eksis ditahun kelima.

Hebatnya walau apa yang terjadi dia tetap berkeinginan untuk kembali di Indonesia dan tidak mau cari usaha sampingan diluar sebagai peneliti, sebab katanya sebagai peneliti sangat perlu ketelitian, shg waktu tidak terbatas...he...he...

Kalau teman mau tau banyak bagaimana sosok seorang Nano Nurul baca harian KOMPAS edisi kemarin 6 Juli 2007, dan simak halaman 16 tentang SOSOK, saya jadi terharu dengan tekad dan perjuangannya.

Secara pribadi saya salut dengan yangbersangkutan walaupun tidak kenal muka, semoga sekembalinya ke Indonesia, yang bersangkutan dapat menambah temuannya, dan pemerintah menghargainya demi kemajuan Bangsa dan Negara, seperti apa yg isunya dilakukan Pemerintah India untuk tenaga-tenaga ahli IT mereka sekembalinya disekolahkan ke Luar Negeri ?
Perlu kita pikirkan, bahwa kita yang sering mendapat tuduhan sebagai pengguna software bodong aza banyak yang pintar-pintar ya? Apalagi kalau memang ada subsidi dari Pemerintah saya yakin Bangsa ini akan bisa menguasai IT Dunia ...he...he..he...Amin!

Note : APA yang saya kutip dari harian Kompas tersebut, hanyalah merupakan ungkapan hati bersifat pribadi juga tidak lebih sebagai ungkapan keprihatinan terhadap ahli-ahli anak bangsa ini, tidak ada maksud lain, selain mungkin bisa sebagai pemicu bagi diri kita bahwa kita harus tetap berprestasi walau mungkin merasa belum mendapat penghargaan yang setimpal, atau mungkin ini yang disebut Amal! He...he...he..maaf!

''LoVe & pE@Ce from B@Li''